Namanya singkat saja, Mardiah. Bocah 5 tahun asal Pauh, Jambi, ini
juga termasuk pendiam jika dibandingkan dengan adik-adik dampingan
lainnya yang tinggal di RHVCF. Tapi soal perjuangannya melawan penyakit
jantung bocor yang diidapnya sejak lahir, Mardiah jagonya.
Menurut ayah Mardiah, Umar, hanya beberapa hari setelah anaknya
lahir, dia bisa merasakan ada kelainan pada diri Mardiah. Meski anak ini
terlihat normal dan anggota tubuhnya tidak membiru layaknya pasien anak
penderita jantung bawaan, “Tapi kalau saya dengar detak jantungnya itu
suaranya kayak mesin. Ddrrrr…. drrrr… gitu,” ujar Pak Umar menirukan.
Walau curiga dengan kondisi kesehatan Mardiah, namun Pak Umar tidak
mampu membawa anaknya ke dokter. Pekerjaannya sebagai buruh penyadap
karet hanya cukup untuk makan bersama empat anaknya. Saking tak
mampunya, istri Pak Umar yang menderita penyakit syaraf di kakinya pun
tak mampu dibawa ke rumah sakit. Akibatnya, saat Mardiah baru berusia 5
bulan, ibunya meninggal. Praktis, Pak Umar tak hanya harus mencari
nafkah, tapi juga mengurus tiga anaknya serta Mardiah yang sakit.
Baru setelah menabung sedikit demi sedikit, Mardiah bisa dibawa
berobat saat usianya 8 bulan. Saat dicek ke sana ke mari, diketahui
kalau Mardiah mengalami jantung bocor dan harus dioperasi. Lagi-lagi,
tidak mungkin bagi Pak Umar untuk membawa Mardiah ke Jakarta untuk
dioperasi.
4 tahun Mardiah terpaksa harus hidup dengan penyakit jantung di
tubuhnya. Selama itu pula, dia terlihat lemah dan sering capek. Harapan
mulai muncul saat ada staf Puskesmas di kampungnya yang bernama Ibu Ita
mau membantu Pak Umar mengongkosi biaya transportasi ke Jakarta. “Waktu
itu memang Mardiah sudah ada BPJS,” kata Pak Umar.
Atas bantuan Ibu Ita, maka pada bulan Oktober 2015, Mardiah dibawa ke
RSCM Jakarta untuk didaftarkan sebagai pasien yang harus dioperasi.
Proses pengurusan ini berlangsung cukup lama, harus bolak-balik
Jakarta-Jambi. Selama itu pula kalau di Jakarta, Mardiah dan Pak Umar
tinggal di rumah singgah RSCM.
Lantas pada awal Desember 2015, Mardiah dan Pak Umar pun pindah ke
Rumah Harapan VCF atas rekomendasi sesama keluarga pasien penyakit
jantung. Kurang dari 2 minggu tinggal di RHVCF, Mardiah langsung
mendapat jadwal operasi kateterisasi pada 19 Desember 2015. Dilanjutkan
dengan operasi besar pada Januari 2016.
Sekarang, kondisi Mardiah sudah sehat. Dia sudah sembuh. Mardiah
hanya tinggal menunggu jadwal pemeriksaan lagi 2 bulan ke depan. Mardiah
pun sudah siap pulang.
Yang menarik, semenjak tinggal di RHVCF, ada perubahan dalam diri
bocah yang tubuhnya seperti anak usia 2 tahun ini. Waktu awal tinggal di
RHVCF, dia tidak pernah bicara. Makan sendirian, tidak disuapi seperti
adik-adik yang lain. Main pun sendirian. Namun kakak-kakak sukarelawan,
juga Kak Silly, rajin mengajaknya bermain dan bercerita. Lama-kelamaan,
Mardiah pun lebih terbuka, lebih ceria, dan mau bermain bersama
adik-adik yang lain
Namun bukan berarti masalah sudah selesai. Rupanya, Ayah Umar tak
punya uang untuk kembali ke Jambi. Utang sudah menumpuk di kampung.
Sementara kalau tinggal di RHVCF selama 2 bulan, artinya dia tidak punya
penghasilan sama sekali untuk membayar utang-utangnya. Belum lagi
anak-anaknya -yang sulung baru berusia 18 tahun- hanya tinggal bertiga
saja di rumah. Si sulung keluar dari pesantren, karena tak lagi punya
biaya sekolah.
Tentu saja, kami tak tega dengan kondisi keluarga Pak Umar. Seperti
prinsip yang kami pegang, kami selalu berusaha memberikan yang terbaik,
yang lebih, dari yang kami janjikan. Atas kesepakatan para pengurus,
akhirnya kami memberikan ongkos pulang ke Jambi untuk Mardiah dan ayah
Umar. Semoga dengan bantuan kecil ini, ayah Umar bisa melanjutkan
hidupnya di Jambi, dan Mardiah bisa sekolah dengan hasil keringat
ayahnya. Aminn…
source : http://rumah-harapan.com/mardiah-berhasil
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar