Kalau ada adik dampingan kami yang tergolong kuat melawan
penyakitnya, salah satunya pasti Muammar Ramadan. Ammar –begitu dia
biasa disapa- adalah penderita TOF atau penyakit jantung bawaan sejak
lahir.
Ammar, kini 12 tahun dan asli Bireuen, Aceh, diketahui menderita
kelainan jantung saat berusia 5 tahun. Saat itu, kalau sudah letih,
tubuh Ammar akan membiru. Dia bahkan sampai tidak bisa berjalan. Meski
sudah jelas gejalanya, namun Ammar tidak menjalani perawatan memadai
karena keterbatasan biaya.
Ayah Ammar memang hanya penjual tempe di pasar tradisional. Meski
bisa menghasilkan uang kurang lebih Rp300 ribu dalam sehari, namun uang
yang dibawa pulang ke rumah hanya Rp50 ribu. Itu karena selebihnya
diberikan kepada pembuat tempe yang dijual ayah Ammar.
Karena tak memiliki biaya itulah, akhirnya Ammar harus menyiasati dan
sadar akan kondisi jantungnya yang tidak baik. Dia sangat menjaga agar
tubuhnya tidak mudah capek. “Kalau sudah capek dan badannya membiru, dia
saya suruh jongkok sampai normal lagi,” kata ayah Ammar, Pak Effendi
Ismail.
Meski begitu, siasat Ammar tersebut tak selamanya berhasil. Tahun
2014, saat Ammar kelas 5 SD, tubuh Ammar kembali membiru. Dia tidak bisa
berjalan. Tidak bisa beraktivitas. Dan kali ini kondisinya semakin
memburuk. Mau tak mau, ayah Ammar akhirnya membawa Ammar ke dokter.
Hasilnya, Ammar harus segera dioperasi. Kalau tidak, nyawanya bisa
melayang kapan pun.
Akhirnya, Ammar pun dibawa ke RSCM di Jakarta. Lagi-lagi, karena
minim dana, ayah Ammar terpaksa tinggal di rumah sakit selama Ammar
menjalani pengobatan. Tidur seadanya pun dilakukan di rumah sakit selama
25 hari. Setelah pengobatan awal, Ammar pun pulang ke Aceh.
Delapan bulan kemudian, Ammar pun kembali ke RSCM untuk melakukan
operasi kateterisasi. Alhamdulillah, operasi berjalan lancar. Begitu
juga operasi besar untuk mengobati jantungnya. Memang, setelah operasi
besar, ginjal Ammar sempat dipenuhi cairan. Namun untungnya, kondisi ini
bisa diatasi dengan cepat. Ammar memang kuat dan penuh semangat untuk
segera sembuh dan hidup normal.
Saat dirawat di ruang ICU setelah menjalani operasi, kami sempat
menyemangati Ammar agar segera keluar dari rumah sakit. “Biar bisa
jalan-jalan ke Taman Safari,” ujar kami. Memang, awal Januari 2016, kami
berencana membawa adik-adik dampingan untuk piknik ke sana, dengan
bantuan sponsor. Saat itu, Ammar yang masih lemah langsung mengangguk.
Alhamdulillah, tak sampai 3 hari setelah itu, Ammar bisa langsung
pulang ke RHVCF. Kini, Ammar hanya menunggu proses pemulihan di rumah
singgah ini. Dan tentu saja, sambil menunggu jadwal piknik ke Taman
Safari. Selamat, Ammar. Semoga tetap sehat ya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar