Namanya singkat saja, Mardiah. Bocah 5 tahun asal Pauh, Jambi, ini
juga termasuk pendiam jika dibandingkan dengan adik-adik dampingan
lainnya yang tinggal di RHVCF. Tapi soal perjuangannya melawan penyakit
jantung bocor yang diidapnya sejak lahir, Mardiah jagonya.
Menurut ayah Mardiah, Umar, hanya beberapa hari setelah anaknya
lahir, dia bisa merasakan ada kelainan pada diri Mardiah. Meski anak ini
terlihat normal dan anggota tubuhnya tidak membiru layaknya pasien anak
penderita jantung bawaan, “Tapi kalau saya dengar detak jantungnya itu
suaranya kayak mesin. Ddrrrr…. drrrr… gitu,” ujar Pak Umar menirukan.
Walau curiga dengan kondisi kesehatan Mardiah, namun Pak Umar tidak
mampu membawa anaknya ke dokter. Pekerjaannya sebagai buruh penyadap
karet hanya cukup untuk makan bersama empat anaknya. Saking tak
mampunya, istri Pak Umar yang menderita penyakit syaraf di kakinya pun
tak mampu dibawa ke rumah sakit. Akibatnya, saat Mardiah baru berusia 5
bulan, ibunya meninggal. Praktis, Pak Umar tak hanya harus mencari
nafkah, tapi juga mengurus tiga anaknya serta Mardiah yang sakit.
Baru setelah menabung sedikit demi sedikit, Mardiah bisa dibawa
berobat saat usianya 8 bulan. Saat dicek ke sana ke mari, diketahui
kalau Mardiah mengalami jantung bocor dan harus dioperasi. Lagi-lagi,
tidak mungkin bagi Pak Umar untuk membawa Mardiah ke Jakarta untuk
dioperasi.
4 tahun Mardiah terpaksa harus hidup dengan penyakit jantung di
tubuhnya. Selama itu pula, dia terlihat lemah dan sering capek. Harapan
mulai muncul saat ada staf Puskesmas di kampungnya yang bernama Ibu Ita
mau membantu Pak Umar mengongkosi biaya transportasi ke Jakarta. “Waktu
itu memang Mardiah sudah ada BPJS,” kata Pak Umar.
Atas bantuan Ibu Ita, maka pada bulan Oktober 2015, Mardiah dibawa ke
RSCM Jakarta untuk didaftarkan sebagai pasien yang harus dioperasi.
Proses pengurusan ini berlangsung cukup lama, harus bolak-balik
Jakarta-Jambi. Selama itu pula kalau di Jakarta, Mardiah dan Pak Umar
tinggal di rumah singgah RSCM.
Lantas pada awal Desember 2015, Mardiah dan Pak Umar pun pindah ke
Rumah Harapan VCF atas rekomendasi sesama keluarga pasien penyakit
jantung. Kurang dari 2 minggu tinggal di RHVCF, Mardiah langsung
mendapat jadwal operasi kateterisasi pada 19 Desember 2015. Dilanjutkan
dengan operasi besar pada Januari 2016.
Sekarang, kondisi Mardiah sudah sehat. Dia sudah sembuh. Mardiah
hanya tinggal menunggu jadwal pemeriksaan lagi 2 bulan ke depan. Mardiah
pun sudah siap pulang.
Yang menarik, semenjak tinggal di RHVCF, ada perubahan dalam diri
bocah yang tubuhnya seperti anak usia 2 tahun ini. Waktu awal tinggal di
RHVCF, dia tidak pernah bicara. Makan sendirian, tidak disuapi seperti
adik-adik yang lain. Main pun sendirian. Namun kakak-kakak sukarelawan,
juga Kak Silly, rajin mengajaknya bermain dan bercerita. Lama-kelamaan,
Mardiah pun lebih terbuka, lebih ceria, dan mau bermain bersama
adik-adik yang lain
Namun bukan berarti masalah sudah selesai. Rupanya, Ayah Umar tak
punya uang untuk kembali ke Jambi. Utang sudah menumpuk di kampung.
Sementara kalau tinggal di RHVCF selama 2 bulan, artinya dia tidak punya
penghasilan sama sekali untuk membayar utang-utangnya. Belum lagi
anak-anaknya -yang sulung baru berusia 18 tahun- hanya tinggal bertiga
saja di rumah. Si sulung keluar dari pesantren, karena tak lagi punya
biaya sekolah.
Tentu saja, kami tak tega dengan kondisi keluarga Pak Umar. Seperti
prinsip yang kami pegang, kami selalu berusaha memberikan yang terbaik,
yang lebih, dari yang kami janjikan. Atas kesepakatan para pengurus,
akhirnya kami memberikan ongkos pulang ke Jambi untuk Mardiah dan ayah
Umar. Semoga dengan bantuan kecil ini, ayah Umar bisa melanjutkan
hidupnya di Jambi, dan Mardiah bisa sekolah dengan hasil keringat
ayahnya. Aminn…
source : http://rumah-harapan.com/mardiah-berhasil
Kamis, 28 Januari 2016
Jeni si Tembam yang Ingin Jadi Guru
Jeni, si pemilik pipi tembam dan badan berisi ini ternyata ringkih.
Di dalam tubuhnya bersemayam kanker darah atau leukemia, yang bisa
merenggut nyawanya kapan saja.
Adik dampingan yang berasal dari Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat ini baru diketahui mengidap penyakit tersebut pada Juli 2015. Waktu itu, gejala awalnya mirip demam berdarah. Mula-mula dia demam dengan suhu tubuh 29 derajat, dan tidak kunjung turun selama 3 hari.
Karena mamanya khawatir, Jeni lalu dibawa ke klinik di dekat rumahnya. Setelah diperiksa dan diberi obat penurun panas hingga obatnya habis, demamnya tak kunjung turun. Mama Jeni lantas membawanya ke Puskesmas. Setelah dicek darah, ternyata ada kelainan pada darahnya, dan dirujuk ke RSUD Bekasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan secara intensif, pihak RSUD Bekasi lalu merujuknya ke RSCM untuk pengobatan lanjutan. Sejak itulah, anak bungsu dari 7 bersaudara ini memulai program kemoterapi dan pengobatan lainnya di RSCM.
Sebelum tinggal di Rumah Harapan VCF, Jeni dan mamanya harus bolak-balik dari rumahnya di daerah Ciketing ke RSCM. Dengan jarak yang jauh dan proses pengobatan yang cukup lama, tubuh Jeni kerap melemah. Kalau sudah lelah, Jeni akan mengalami pendarahan. Pendarahannya bisa melalui mata, hidung, dan gusi. Karena itulah, mama Jeni memutuskan untuk membawa Jeni tinggal di RHVCF.
Selain bisa menghemat waktu, di rumah singgah ini Jeni juga punya banyak teman, ada juga yang berpenyakit sama sepertinya, hingga Jeni bisa bermain dan membahagiakan hatinya. Tentu, hati yang bahagia adalah obat yang mujarab bukan?!
Jeni tercatat sebagai siswi di SD Negeri Ciketing Udik 3, Bantar Gebang. Bocah menggemaskan ini tergolong anak yang pemalu jika bertemu pertama kali dengan orang asing. Jeni punya hobi menulis, menggambar, dan bercerita. Dia juga punya cita-cita yang sangat mulia, yaitu menjadi guru.
Semoga kelak Jeni bisa mewujudkan cita-citanya sebagai guru Kita doakan bareng-bareng yuk, kak. Amiinn…
source : http://rumah-harapan.com/jeni-si-tembam-ingin-jadi-guru
Adik dampingan yang berasal dari Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat ini baru diketahui mengidap penyakit tersebut pada Juli 2015. Waktu itu, gejala awalnya mirip demam berdarah. Mula-mula dia demam dengan suhu tubuh 29 derajat, dan tidak kunjung turun selama 3 hari.
Karena mamanya khawatir, Jeni lalu dibawa ke klinik di dekat rumahnya. Setelah diperiksa dan diberi obat penurun panas hingga obatnya habis, demamnya tak kunjung turun. Mama Jeni lantas membawanya ke Puskesmas. Setelah dicek darah, ternyata ada kelainan pada darahnya, dan dirujuk ke RSUD Bekasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan secara intensif, pihak RSUD Bekasi lalu merujuknya ke RSCM untuk pengobatan lanjutan. Sejak itulah, anak bungsu dari 7 bersaudara ini memulai program kemoterapi dan pengobatan lainnya di RSCM.
Sebelum tinggal di Rumah Harapan VCF, Jeni dan mamanya harus bolak-balik dari rumahnya di daerah Ciketing ke RSCM. Dengan jarak yang jauh dan proses pengobatan yang cukup lama, tubuh Jeni kerap melemah. Kalau sudah lelah, Jeni akan mengalami pendarahan. Pendarahannya bisa melalui mata, hidung, dan gusi. Karena itulah, mama Jeni memutuskan untuk membawa Jeni tinggal di RHVCF.
Selain bisa menghemat waktu, di rumah singgah ini Jeni juga punya banyak teman, ada juga yang berpenyakit sama sepertinya, hingga Jeni bisa bermain dan membahagiakan hatinya. Tentu, hati yang bahagia adalah obat yang mujarab bukan?!
Jeni tercatat sebagai siswi di SD Negeri Ciketing Udik 3, Bantar Gebang. Bocah menggemaskan ini tergolong anak yang pemalu jika bertemu pertama kali dengan orang asing. Jeni punya hobi menulis, menggambar, dan bercerita. Dia juga punya cita-cita yang sangat mulia, yaitu menjadi guru.
Semoga kelak Jeni bisa mewujudkan cita-citanya sebagai guru Kita doakan bareng-bareng yuk, kak. Amiinn…
source : http://rumah-harapan.com/jeni-si-tembam-ingin-jadi-guru
Rabu, 27 Januari 2016
perbedaan indigo dan gifted children
I. Konsep Umum
Gifted children merupakan
anak anak/ orang dewasa yang memiliki kemampuan indra keenam. Dalam
konteks gifted, siapa saja yang memiliki indra keenam termasuk dalam
pengertian ini.
Indigo child merupakan istilah
yang dipopulerkan Nancy Ann Tape, dalam hal ini merujuk kepada gifted
children yang memiliki aura indigo, sehingga disebut indigo children.
Perlu dipahami, study/pemahaman mengenai aura dan indra keenam hanya
dapat betul betul dimengerti bukan oleh Ilmuwan, namun gifted children
sendiri yang telah mencapai level penguasaan atas kemampuannya. Mereka
biasanya memiliki aura keemasan yang melambangkan pencapaian batinnya.
Apalagi foto aura, yg merupakan benda yg memproses secara 5 indra tidak
akurat, proses hasil fotonya melalui indra keenam baru akurat, toh yg
diukur juga indra keenam. Ibaratnya tes aura itu mau tes pendengaran
tapi disuruh tesnya pakai alat ukur minus mata.
Untuk
memahami lebih jelas kita masuk ke konsep aura, berdasarkan pemahaman
saya, aura merupakan sinar dari tubuh manusia, makhluk hidup dan benda
mati yang merupakan pantulan dari energi yg dimiliki. Setiap manusia
PASTI memiliki aura mau apapun warnanya. Aura inti manusia biasanya
tidak akan berubah sejak lahir trkecuali kondisi tertentu. Aura
merefeleksikan kondisi akurat mengenai seseorang, trawangan bisa salah,
namun aura tidak salah. Kalau salah melihat aura itu mungkin :).
Misalkan ada orang sakit, lihat auranya bagian tubuh warna yg berwarna
merah.. itu yg sakit
Selain
Indigo, umumnya warna aura lain yang memilki indra ke 6 adalah violet,
blue, crystal, rainbow dan gold. Saya hingga saat ini baru pernah
bertemu dan mengkonfirmasi aura blue, indigo, crystal dan gold sehingga
bisa membahasnya.
Umumnya tingkatan power adalah seperti ini Blue < Indigo < Crystal < Gold
gifted children (sebagian besar aura berwarna biru, walau juga ada warna lain)
- memiliki indra keenam
- tidak semua memiliki chakra aktif
- sebagian memiliki khadam dan powernya bergantung kepada khadam hingga kalau dicopot akan hilang
- sebagian memiliki keilmuan
- keturunan seseorang (kemampuan turunan)
indigo and up (crystal gold)
- memiliki chakra yang aktif
- sebagian memiliki khadam jin namun bila dicopot tidak akan hilang powernya, akrena bergantung pada energi sendiri
- bisa keturunan seseorang atau muncul sporadis
masih
bingung perbedaannya apa? selain warna tentunya kekuatan. Simplenya
seperti ini, contoh untuk kemampuan vision (penerawangan)
Gifted : Bisa melihat kondisi keadaan permasalahan, sifat, dan kemampuan vision lain. masih secara umum
Indigo
: kemampuan lebih dalam, bisa melihat berbagai "path" dan "possibility"
dalam kejadian, masa lalu dan masa depan. lihat aura, astral dll
Crystal
: saya tidak berani menulis karena belum pernah mengobservasi secara
mendalam. namun ciri khas dari yg saya temui range power lebih luas
dengan diikuti kemampuan healing fisik non fisik dan empath. (kemampuan
penyembuhan fisik dan energi serta merasakan & memperngaruhi energi
lain)
Gold : pengalaman saya chat
sama Gold, saya ga nulis apa apa, beliau balas sendiri. sampai lama lama
saya cuma bengong liatin hp, melihat masa depan hingga puluhan tahun
dengan akurat
Perlu diperhatikan
perbandingan range power blue
bisa
saja ada blue yang lebih kuat dari crystal, ada juga indigo yang lemah.
Sejauh ini yg saya temui PASTI KUAT adalah Gold. Manusia bisa merubah
nasibnya sendiri, siapa tahu ada blue yg rajin latihan, bisa saja ada
indigo yg malas mlasan. Selain itu energi juga memiliki karakter masiing
masing, bisa saja ada gifted yg memiliki kemampuan yg selevel dengan
indigo dan up karena merupakan affinity energinya, namun biasanya
statistik ability akan timpang, satu level indigo dan up, sementara
untuk kemampuan lain level jauh dibawah. Contohnya orang yg hanya bisa
battle saja, tapi jago, battle royale lawan 300 musuh bisa, namun pas
disuruh nerawang cuma bengong :D
Cabang kemampuan
Berdasarkan teman gold saya, ability secara umum dapat digolongkan menjadi jenis berikut
1. Vision ( trawang )
2. Battle
3. Pemikat
4. Heal fisik
5. Heal non fisik
6. Mind power
7. Astral
Senin, 04 Januari 2016
Semangat Ilham Tak Pernah Putus
Yang ini namanya Ilham Fazri Sofian. Usianya 5 tahun, asal Loji,
Karawang. Meski ginjal kirinya tak berfungsi dan butuh dioperasi, namun
bocah ini seperti tak mengenal kata sakit. Dia tetap aktif berlarian ke
sana ke mari, sambil membawa tas kecil berisi kantong urine.
Ya, Ilham memang harus rutin mengeluarkan cairan dalam ginjalnya, salah satunya melalui urine. Oleh sebab itu dia selalu membawa tas kecil tersebut untuk memudahkan mengeluarkan cairan tersebut.
Kondisi Ilham yang tidak normal mulai diketahui saat usianya baru 9 bulan. Saat itu ada benjolan di bagian kiri tubuhnya. Perutnya pun membesar. Ilham pun langsung dibawa ke dokter. Kala itu, dia sudah ketahuan menderita ginjal, dan sempat menjalani pengobatan.
Tahun 2012, karena menjalani proses pengobatan yang terus-menerus, kondisi keuangan keluarga Ilham pun memburuk. Pengobatan pun dihentikan. Saat itu, kondisi Ilham sesungguhnya juga sudah membaik. Dia tak pernah kambuh lagi. Namun pada 2015, perutnya lagi-lagi membesar.
Saat dibawa ke dokter, ternyata hasil pemeriksaan menunjukkan kalau kondisi Ilham sudah parah. Dia harus segera dioperasi ke Jakarta. Maka diboyonglah Ilham oleh ayah dan ibunya ke RSCM. Sekarang, Ilham sedang menunggu jalan operasinya.
Dibawanya Ilham ke Jakarta bukan berarti keluarganya sudah memiliki uang untuk operasi. Selain dibiayai BPJS, untuk ke Jakarta, keluarga ini harus berutang banyak pada tetangga mereka. Ini karena ayah Ilham sudah tak lagi memiliki pekerjaan tetap. Dia hanya bekerja serabutan. Kebanyakan menjadi tukang ojek.
Dulu, ayah Ilham bekerja sebagai buruh bangunan. Namun pada 2014, beliau mengalami kecelakaan kerja yang cukup parah. Tubuhnya tertimpa beton hingga rusuknya patah. Ini mengakibatkan beliau tak bisa lagi melakukan pekerjaan fisik yang berat.
“Sekarang jadi agak susah kalau mau mencari pekerjaan. Saya cari-cari belum dapat,” ujarnya tertunduk.
Semoga, pertolongan untuk Ilham dan keluarganya segera datang.
source : http://rumah-harapan.com/semangat-ilham-tak-putus
Ya, Ilham memang harus rutin mengeluarkan cairan dalam ginjalnya, salah satunya melalui urine. Oleh sebab itu dia selalu membawa tas kecil tersebut untuk memudahkan mengeluarkan cairan tersebut.
Kondisi Ilham yang tidak normal mulai diketahui saat usianya baru 9 bulan. Saat itu ada benjolan di bagian kiri tubuhnya. Perutnya pun membesar. Ilham pun langsung dibawa ke dokter. Kala itu, dia sudah ketahuan menderita ginjal, dan sempat menjalani pengobatan.
Tahun 2012, karena menjalani proses pengobatan yang terus-menerus, kondisi keuangan keluarga Ilham pun memburuk. Pengobatan pun dihentikan. Saat itu, kondisi Ilham sesungguhnya juga sudah membaik. Dia tak pernah kambuh lagi. Namun pada 2015, perutnya lagi-lagi membesar.
Saat dibawa ke dokter, ternyata hasil pemeriksaan menunjukkan kalau kondisi Ilham sudah parah. Dia harus segera dioperasi ke Jakarta. Maka diboyonglah Ilham oleh ayah dan ibunya ke RSCM. Sekarang, Ilham sedang menunggu jalan operasinya.
Dibawanya Ilham ke Jakarta bukan berarti keluarganya sudah memiliki uang untuk operasi. Selain dibiayai BPJS, untuk ke Jakarta, keluarga ini harus berutang banyak pada tetangga mereka. Ini karena ayah Ilham sudah tak lagi memiliki pekerjaan tetap. Dia hanya bekerja serabutan. Kebanyakan menjadi tukang ojek.
Dulu, ayah Ilham bekerja sebagai buruh bangunan. Namun pada 2014, beliau mengalami kecelakaan kerja yang cukup parah. Tubuhnya tertimpa beton hingga rusuknya patah. Ini mengakibatkan beliau tak bisa lagi melakukan pekerjaan fisik yang berat.
“Sekarang jadi agak susah kalau mau mencari pekerjaan. Saya cari-cari belum dapat,” ujarnya tertunduk.
Semoga, pertolongan untuk Ilham dan keluarganya segera datang.
source : http://rumah-harapan.com/semangat-ilham-tak-putus
Ammar yang Kuat
Kalau ada adik dampingan kami yang tergolong kuat melawan
penyakitnya, salah satunya pasti Muammar Ramadan. Ammar –begitu dia
biasa disapa- adalah penderita TOF atau penyakit jantung bawaan sejak
lahir.
Ammar, kini 12 tahun dan asli Bireuen, Aceh, diketahui menderita kelainan jantung saat berusia 5 tahun. Saat itu, kalau sudah letih, tubuh Ammar akan membiru. Dia bahkan sampai tidak bisa berjalan. Meski sudah jelas gejalanya, namun Ammar tidak menjalani perawatan memadai karena keterbatasan biaya.
Ayah Ammar memang hanya penjual tempe di pasar tradisional. Meski bisa menghasilkan uang kurang lebih Rp300 ribu dalam sehari, namun uang yang dibawa pulang ke rumah hanya Rp50 ribu. Itu karena selebihnya diberikan kepada pembuat tempe yang dijual ayah Ammar.
Karena tak memiliki biaya itulah, akhirnya Ammar harus menyiasati dan sadar akan kondisi jantungnya yang tidak baik. Dia sangat menjaga agar tubuhnya tidak mudah capek. “Kalau sudah capek dan badannya membiru, dia saya suruh jongkok sampai normal lagi,” kata ayah Ammar, Pak Effendi Ismail.
Meski begitu, siasat Ammar tersebut tak selamanya berhasil. Tahun 2014, saat Ammar kelas 5 SD, tubuh Ammar kembali membiru. Dia tidak bisa berjalan. Tidak bisa beraktivitas. Dan kali ini kondisinya semakin memburuk. Mau tak mau, ayah Ammar akhirnya membawa Ammar ke dokter. Hasilnya, Ammar harus segera dioperasi. Kalau tidak, nyawanya bisa melayang kapan pun.
Akhirnya, Ammar pun dibawa ke RSCM di Jakarta. Lagi-lagi, karena minim dana, ayah Ammar terpaksa tinggal di rumah sakit selama Ammar menjalani pengobatan. Tidur seadanya pun dilakukan di rumah sakit selama 25 hari. Setelah pengobatan awal, Ammar pun pulang ke Aceh.
Delapan bulan kemudian, Ammar pun kembali ke RSCM untuk melakukan operasi kateterisasi. Alhamdulillah, operasi berjalan lancar. Begitu juga operasi besar untuk mengobati jantungnya. Memang, setelah operasi besar, ginjal Ammar sempat dipenuhi cairan. Namun untungnya, kondisi ini bisa diatasi dengan cepat. Ammar memang kuat dan penuh semangat untuk segera sembuh dan hidup normal.
Saat dirawat di ruang ICU setelah menjalani operasi, kami sempat menyemangati Ammar agar segera keluar dari rumah sakit. “Biar bisa jalan-jalan ke Taman Safari,” ujar kami. Memang, awal Januari 2016, kami berencana membawa adik-adik dampingan untuk piknik ke sana, dengan bantuan sponsor. Saat itu, Ammar yang masih lemah langsung mengangguk.
Alhamdulillah, tak sampai 3 hari setelah itu, Ammar bisa langsung pulang ke RHVCF. Kini, Ammar hanya menunggu proses pemulihan di rumah singgah ini. Dan tentu saja, sambil menunggu jadwal piknik ke Taman Safari. Selamat, Ammar. Semoga tetap sehat ya!
Ammar, kini 12 tahun dan asli Bireuen, Aceh, diketahui menderita kelainan jantung saat berusia 5 tahun. Saat itu, kalau sudah letih, tubuh Ammar akan membiru. Dia bahkan sampai tidak bisa berjalan. Meski sudah jelas gejalanya, namun Ammar tidak menjalani perawatan memadai karena keterbatasan biaya.
Ayah Ammar memang hanya penjual tempe di pasar tradisional. Meski bisa menghasilkan uang kurang lebih Rp300 ribu dalam sehari, namun uang yang dibawa pulang ke rumah hanya Rp50 ribu. Itu karena selebihnya diberikan kepada pembuat tempe yang dijual ayah Ammar.
Karena tak memiliki biaya itulah, akhirnya Ammar harus menyiasati dan sadar akan kondisi jantungnya yang tidak baik. Dia sangat menjaga agar tubuhnya tidak mudah capek. “Kalau sudah capek dan badannya membiru, dia saya suruh jongkok sampai normal lagi,” kata ayah Ammar, Pak Effendi Ismail.
Meski begitu, siasat Ammar tersebut tak selamanya berhasil. Tahun 2014, saat Ammar kelas 5 SD, tubuh Ammar kembali membiru. Dia tidak bisa berjalan. Tidak bisa beraktivitas. Dan kali ini kondisinya semakin memburuk. Mau tak mau, ayah Ammar akhirnya membawa Ammar ke dokter. Hasilnya, Ammar harus segera dioperasi. Kalau tidak, nyawanya bisa melayang kapan pun.
Akhirnya, Ammar pun dibawa ke RSCM di Jakarta. Lagi-lagi, karena minim dana, ayah Ammar terpaksa tinggal di rumah sakit selama Ammar menjalani pengobatan. Tidur seadanya pun dilakukan di rumah sakit selama 25 hari. Setelah pengobatan awal, Ammar pun pulang ke Aceh.
Delapan bulan kemudian, Ammar pun kembali ke RSCM untuk melakukan operasi kateterisasi. Alhamdulillah, operasi berjalan lancar. Begitu juga operasi besar untuk mengobati jantungnya. Memang, setelah operasi besar, ginjal Ammar sempat dipenuhi cairan. Namun untungnya, kondisi ini bisa diatasi dengan cepat. Ammar memang kuat dan penuh semangat untuk segera sembuh dan hidup normal.
Saat dirawat di ruang ICU setelah menjalani operasi, kami sempat menyemangati Ammar agar segera keluar dari rumah sakit. “Biar bisa jalan-jalan ke Taman Safari,” ujar kami. Memang, awal Januari 2016, kami berencana membawa adik-adik dampingan untuk piknik ke sana, dengan bantuan sponsor. Saat itu, Ammar yang masih lemah langsung mengangguk.
Alhamdulillah, tak sampai 3 hari setelah itu, Ammar bisa langsung pulang ke RHVCF. Kini, Ammar hanya menunggu proses pemulihan di rumah singgah ini. Dan tentu saja, sambil menunggu jadwal piknik ke Taman Safari. Selamat, Ammar. Semoga tetap sehat ya!
Sofie yang Manis dan Senang Menggambar
Gadis manis berkulit hitam ini namanya Sofyah Nurul Aini. Kami biasa memanggilnya Sofie.
Sofie berusia 11 tahun. Dia mengalami kebocoran jantung sejak berumur 4 bulan. Saat itu sofie mengalami panas tinggi dan menangis yang tiada henti. Bersamaan dengan itu, badan dan tubuhnya berwarna biru. Karena keterbatasan biaya, saat itu orang tua Sofie hanya bisa membawanya ke klinik dekat rumahnya di daerah Cimuncang Kooya, Bandung.
Ayah Sofie memang hanya bekerja sebagai buruh pabrik sabun, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga. Jadi tak heran, jangankan untuk berobat, untuk makan sehari-sehari dengan 2 kakaknya saja tak cukup.
Pada umur 7 tahun barulah Sofie dibawa ayah ibunya ke Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung. Itu pun dengan uang hasil sumbangan teman-teman ayahnya sebesar Rp2 juta. Menurut mama Sofie, teman-teman ayah Sofie merasa iba melihat penderitaan Sofie.
Mereka menilai, Sofie adalah anak yang ceria, senang tersenyum, serta tak bisa diam. Namun keceriaannya ini bisa tiba-tiba hilang jika ia sedang kejang. Ya, jika sudah kelelahan, Sofie bisa langsung kejang. Tubuhnya akan kaku, kuku-kuku dijari lentiknya serta bibirnya juga ikut membiru. Selama tinggal di RHVCF pun, Sofie sangat sering mengalami kejang. Kalau sudah begitu, dengan sigap kakak-kakak sukarelawan akan membawa Sofie ke Rumah Sakit Harapan Kita untuk diperiksa.
Saat umur 8 tahun, pengobatan Sofie diberhentikan karena uangnya sudah habis untuk transportasi dari rumahnya menuju ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Mamanya merawat Sofie dengan seadanya. Bila sedang mengalami kejang, maka akan dibiarkan begitu saja.
“Saya diamkan, nanti juga kejangnya akan hilang sendiri. Mau gimana lagi, Saya hanya bisa memberikan obatan warung, kalau harus membelikan obat-obatan rumah sakit uang darimana saya,” tutur Mama Sofie dengan logat Bandung yang khas.
Baru setelah berumur 10 tahun, Sofie mendapatkan BPJS. Dia melanjutkan pengobatannya, dan sekarang tercatat sebagai salah satu pasien di Rumah Sakit Harapan Kita.
Bagi kakak-kakak yang ingin mengenal Sofie lebih dekat, ajak saja dia untuk menggambar. Soalnya, gadis berlesung pipi ini gemar sekali menggambar, dan hasil gambarnya bagus loh.
Sekarang ini, Sofie sedang meneruskan pengobatan sekaligus menunggu jadwal operasi. Menurut dokter, Sofie akan melakukan operasi jantung pada Juni 2016. Doakan semoga nantinya operasi Sofie berjalan dengan lancar ya, kakak-kakak…
source : http://rumah-harapan.com/sofie-yang-manis-senang-gambar
Sofie berusia 11 tahun. Dia mengalami kebocoran jantung sejak berumur 4 bulan. Saat itu sofie mengalami panas tinggi dan menangis yang tiada henti. Bersamaan dengan itu, badan dan tubuhnya berwarna biru. Karena keterbatasan biaya, saat itu orang tua Sofie hanya bisa membawanya ke klinik dekat rumahnya di daerah Cimuncang Kooya, Bandung.
Ayah Sofie memang hanya bekerja sebagai buruh pabrik sabun, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga. Jadi tak heran, jangankan untuk berobat, untuk makan sehari-sehari dengan 2 kakaknya saja tak cukup.
Pada umur 7 tahun barulah Sofie dibawa ayah ibunya ke Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung. Itu pun dengan uang hasil sumbangan teman-teman ayahnya sebesar Rp2 juta. Menurut mama Sofie, teman-teman ayah Sofie merasa iba melihat penderitaan Sofie.
Mereka menilai, Sofie adalah anak yang ceria, senang tersenyum, serta tak bisa diam. Namun keceriaannya ini bisa tiba-tiba hilang jika ia sedang kejang. Ya, jika sudah kelelahan, Sofie bisa langsung kejang. Tubuhnya akan kaku, kuku-kuku dijari lentiknya serta bibirnya juga ikut membiru. Selama tinggal di RHVCF pun, Sofie sangat sering mengalami kejang. Kalau sudah begitu, dengan sigap kakak-kakak sukarelawan akan membawa Sofie ke Rumah Sakit Harapan Kita untuk diperiksa.
Saat umur 8 tahun, pengobatan Sofie diberhentikan karena uangnya sudah habis untuk transportasi dari rumahnya menuju ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Mamanya merawat Sofie dengan seadanya. Bila sedang mengalami kejang, maka akan dibiarkan begitu saja.
“Saya diamkan, nanti juga kejangnya akan hilang sendiri. Mau gimana lagi, Saya hanya bisa memberikan obatan warung, kalau harus membelikan obat-obatan rumah sakit uang darimana saya,” tutur Mama Sofie dengan logat Bandung yang khas.
Baru setelah berumur 10 tahun, Sofie mendapatkan BPJS. Dia melanjutkan pengobatannya, dan sekarang tercatat sebagai salah satu pasien di Rumah Sakit Harapan Kita.
Bagi kakak-kakak yang ingin mengenal Sofie lebih dekat, ajak saja dia untuk menggambar. Soalnya, gadis berlesung pipi ini gemar sekali menggambar, dan hasil gambarnya bagus loh.
Sekarang ini, Sofie sedang meneruskan pengobatan sekaligus menunggu jadwal operasi. Menurut dokter, Sofie akan melakukan operasi jantung pada Juni 2016. Doakan semoga nantinya operasi Sofie berjalan dengan lancar ya, kakak-kakak…
source : http://rumah-harapan.com/sofie-yang-manis-senang-gambar
Selasa, 24 November 2015
Ternyata Mudah Menurunkan Berat Badan Tanpa Harus Diet
Bahkan beberapa tips menurunkan berat badan
ini di antaranya ada kebiasaan makan Rasullulah SAW yang dapat kita tiru.
Dream - Pada umumnya, seseorang akan melakukan diet ketat dan olahraga
rutin untuk menurunkan berat badan. Namun, terkadang hasilnya tidak berjalan
maksimal dan berat mereka tidak berkurang. Bahkan pada beberapa kejadian,
seseorang malah bertambah gemuk karena pola diet dan olahraga yang tidak tepat.
Seperti
dilansir dari Boldsky, ada beberapa tips untuk menurunkan berat badan tanpa
harus tersiksa kelaparan sepanjang hari. Bahkan beberapa di antaranya ada
kebiasaan makan Rasullulah SAW yang dapat kita tiru.
Berikut
akan kami hadirkan beberapa trik tepat agar efektif menurunkan berat badan.
Sehingga berat badan tetap langsing dengan cara yang sangat sederhana.
1.
Menjaga Asupan Cairan Tubuh
Meminum
air putih minimal delapan gelas sehari dapat membantu mengeluarkan racun dari
tubuh. Selain itu, tubuh juga merasakan manfat lainnya karena tanpa disadari
dapat mengurangi jumlah timbangan berat badan.
Ternyata
hal merupakan efek samping dari tidak adanya kalori yang terdapat di dalam air.
Lalu, kulit pun akan diuntungkan karena menjadi lebih sehat.
2.
Hindari Soda
Sebaiknya
menghindari soda, karena minuman ini sangat tinggi kalori dan kafein.
Mengonsumsi minuman berenergi dan soda hanya akan menambah lingkar pinggang
senakin lebar.
Sebaiknya ganti keduanya dengan jus tanpa gula karena sangat efektif untuk menurunkan berat badan.
Sebaiknya ganti keduanya dengan jus tanpa gula karena sangat efektif untuk menurunkan berat badan.
3.
Naik Turun Tangga
Tanpa
disadari, kegemukan semakin banyak terjadi diakibatkan oleh kemudahan
fasilitas. Berhenti memanjakan diri, dan ganti rutinitas memakai lift dengan
menaiki tangga secara manual. Pasalnya, dengan cara ini kalori akan lebih
banyak terbakar. Dampak yang paling terasa yaitu di daerah sekitar paha.
4.
Berhenti Makan Saat Kenyang
Banyak
orang yang cenderung melanjutkan untuk makan atau ngemil meskipun mereka sudah
kenyang. Maka, hdist Rasulullah SAW sangat tepat ketika meminta sesorang makan
sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. Hal ini untuk menjaga agar tubuh
tidak kelebihan asupan yang hanya akan menambah kalori dan masalah kesehatan
lainnya.
5.
Menghindari menonton Televisi dalam Waktu Lama.
Sebuah
studi telah menunjukan bahwa orang yang menonton tv lebih dari dua jam
cenderung lebih gemuk. Dibanding orang-orang yang jarang melihat tv.
Tapi bagi orang-orang yang sudah kecanduan menonton acara tv, sebaiknya tambahkan aktivitas seperti menyetrika atau berjalan di atas treadmill. Sehingga dapat mengurangi duduk lama di atas sofa.
Tapi bagi orang-orang yang sudah kecanduan menonton acara tv, sebaiknya tambahkan aktivitas seperti menyetrika atau berjalan di atas treadmill. Sehingga dapat mengurangi duduk lama di atas sofa.
6.
Menghindari Stres
Salah
satu penyebab berat badan terus bertambah adalah pikiran yang dibebani dengan
banyak pikiran. Stres daat mengganggu perubahan hormon dalam tubuh dan
cenderung membuat orang tanpa sadar, mengonsumsi lebih banyak makanan yang
tidak dibutuhkan tubuh.
7.
Hindari Makan Terburu-Buru
Makan
secara terburu-buru hanya akan membuat lemak terakulasi di tubuh tubuh.
Hal ini mengingatkan kembali pada ajaran rasulullah yang makan hanya dengan
menggunakan tiga jari. Hal ini bertujuan agar dapat mengunyah dengan rileks dan
hasilnya baik untuk pencernaan.
Selain itu, usahakan untuk makan pada piring yang kecil, sehingga terhindar makan dengan porsi besar.
Selain itu, usahakan untuk makan pada piring yang kecil, sehingga terhindar makan dengan porsi besar.
sumber : http://www.dream.co.id/fresh/ternyata-mudah-menurunkan-berat-badan-tanpa-harus-diet-1511217.html
Langganan:
Postingan (Atom)