Dalam kamus bahasa Arab , kata cinta berasal dari kata “hibbat” yaitu benih yang jatuh kebumi sebagai sumber kehidupan. Sebagaimana benih-benih yang merupakan asal mula dari tanaman, ketika ia ditaburkan kebumi, ia tidak akan pernah rusak oleh teriknya sinar matahari. Ia pun tidak pernah hancur karena derasnya hujan yang mengguyur, malah ia akan tumbuh semakin subur, berbunga, dan memberikan buah. Demikian pula dengan cinta, bilamana ia ditabur didalam hati, ia tidak akan rusak oleh kehadiran atau ketidakhadiran sesuatu/seseorang, kala susah maupun senang.
Kata cinta juga bisa berasal dari kata “hubb” yang berartio sebuah tempayan yang penuh dengan air yang tenang, karena bilaman cinta berpadu didalam hati dan memenuhi ruang hati tak akan ada ruang lagi bagi yang lain selain yang dicinta.
Kata cinta juga bisa berasal dari kata “habab” yaitu gelembung atau luapan air pada saat hujan lebat, karena cinta adalah luapan hati yang selalu merindukan persatuan dengan sang kekasih. Istilah itu dinisbatkan kepada cinta murni, karena orang Arab menyebut putih murninya mata dengan “habbatul ‘ain’”, sebagaimana mereka menyebut hitam murni (relung) hati dengan “habbatul qalb” dimana cinta itu bersemayam.
Masyarakan jawa juga mengenal pepatah yang berbunyi, witing trisno jalaran soko kulino , yang artinya, “cinta itu datang karena kebiasaan”.
Dalam mitologi India kuno (wayang)pun dikenal adanya dewa cinta, yaitu Dewa Kamajaya dan Dewi Kamaratih. Begitu pula dengan mitologi Yunani yang mengenal adanya Dewa Aprodhite (Amor) yang selalu membawa panah dan gendewa yang siap dilontarkan kepada insan berlainan jenis.
Agama Buddha tidak alergi dengan istilah “cinta”. Terbukti, dengan Nikaya Pali yaitu Dhammapada ada satu bab yang diberi judul : “Piya Vagga” yang berarti kecintaan. Begitu pula dalam Majjhima Nikaya terhadap Sutta yang berjudul “Piyajatika Sutta”, khotbah tentang orang-orang tercinta.
Dalam bahasa Pali juga ditemukan beberapa istilah cinta, seperti : piya, pema, rati, kama, tanha, ruci, dan sneba yang memiliki arti : rasa sayang, kesenangan, cinta kasih sayang, kesukaan , nafsu indrawi (birahi), kemelekatan, yang terjalin antara dua insan berbeda jenis atau cinta dalam lingkup keluarga.
Henry A. Bowman dalam bukunya, marriage for Moderns (1960), mengatakan bahwa cinta berarti satu hal bagi seseorang, dan hal lain bagi orang lain. Pemaknaan cinta ditentukan latar belakang dan pengalaman masing-masing si pemberi makna. Bahkan, seseorang bisa memberi makna berbeda pada periode hidup berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar